Sunday, September 23, 2012

Ranu Kumbolo, Surga Pendaki di Gunung Semeru


Indahnya Ranu Kumbolo - Java Jalan

Indahnya Ranu Kumbolo


Sunset di Ranu Kumbolo - Java Jalan

Sunset di Ranu Kumbolo


Trekking menuju Ranu Kumbolo - Java Jalan

Trekking menuju Ranu Kumbolo


Pendaki mana yang tak kenal Danau Ranu Kumbolo? Spot ini menjadi surganya para pendaki yang bertualang di Gunung Semeru, Jawa Timur. Kecantikan danau ini menjadi kenangan terindah.
Kali ini saya bersama Tim Java Jalan mengadakan trip ke Ranu Kumbolo. Perjalanan menuju Ranu Kumbolo dimulai dari Surabaya dengan menaiki bus menuju Malang. Perjalanan yang cepat menuju Malang, hanya membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam. Selanjutnya, kami tiba di Arjosari dan meneruskan perjalanan dengan angkutan umum menuju Tumpang.
Saat berada di dalam angkot, kami sempat berkenalan dengan salah satu ibu paruh baya yang dulunya juga hobi mendaki gunung. Dengan antusias, beliau memberikan tips-tips mendaki dan tempat yang wajib kami kunjungi saat berada di Semeru.
Sesampainya di Tumpang, kami berhenti di sebuah mini market. Kawasan Tumpang seolah berubah menjadi kampung pendaki. Ya, banyak sekali pendaki yang mau melakukan pendakian ke Gunung Semeru saat itu. Pendaki-pendaki ini berasal dari berbagai daerah. Mulai dari Pulau Jawa, luar Pulau Jawa, sampai pendaki luar negeri juga ada. Seperti sudah lama kenal, tanpa canggung kami pun bertukar pikiran sambil menunggu waktu pendakian.
Tim Java Jalan akhirnya memutuskan untuk naik truk ke Ranu Pani bersama teman-teman dari Tangerang. Cukup dengan harga Rp 30.000 saja, Anda beserta rombongan sudah bisa mendapatkan truk yang disewa. Setelah 2 jam menempuh perjalanan, kami harus bertahan melewati jalur panjang yang berkelok. Setelah terkoyak-koyak selama perjalanan, tidak terasa kami sudah berada di Ranu Pani. Saat turun dari truk, sudah ada beberapa rombongan pendaki yang menyambut kedatangan tim kami.
Memutuskan untuk bermalam di beberapa rumah penduduk menjadi pilihan yang tempat untuk beristirahat. Beruntung, malam itu kami bisa menginap di rumah Bapak Sumardji. Bila Anda melihat penampilannya, memang tidak ada yang istimewa. Akan tetapi, laki-laki ini menjadi salah satu saksi hidup yang turut andil dalam mengevakuasi jenazah Soe Hok Gie yang meninggal di puncak Semeru pada tahun 1969.
Setelah beristirahat semalaman, pagi harinya semua tim bergegas untuk mendaki Semeru. Eits, tunggu dulu! Sebelum mendaki, terlebih dahulu kami menikmati kelezatan soto dan nasi rawon. Menu buatan khas warung Pak Gareng ini, sudah sangat terkenal di kalangan pendaki. Ya, hampir semua pendaki menyempatkan diri untuk singgah di warung ini.
Puas merasakan kelezatan soto dan nasi rawon, perjalanan menuju Ranu Kumbolo pun dimulai. Jam di tangan sudah menunjukkan pukul 08.00 WIB. Pepohonan, awan putih, dan tanjakan yang menguras tenaga menjadi pemandangan khas selama pendakian. Suasana pendakian semakin seru, ketika berpapasan dengan rombongan lain.
Hari itu kami bertemu dengan tim Komunitas Ekologi Pecinta Alam (EPA). EPA merupakan kumpulan pelajar yang mencintai lingkungan dan keindahan alam. Seperti pendakian kali ini, mereka tidak hanya berjalan menuju puncak Semeru. Namun, selama perjalanan mereka juga memunguti sampah yang tercecer trek pendakian. Selain itu, mereka juga memperbaiki serta memasang papan penunjuk arah di sepanjang jalur perjalanan menuju puncak.
Lelah, jenuh, dan jalur yang sulit ternyata membawa kami ke hadapan 'surga' Semeru. Akhirnya, kami pun sampai di Ranu Kumbolo. lanskap cantik danau yang fenomenal ini, sekilas menghipnotis seluruh pendaki. Akan tetapi, hari yang semakin gelap menyadarkan kami untuk segera membuat tenda. Hore! Malam ini kami bermalam di tepi Ranu Kumbolo.
Perlahan langit berubah menjadi gelap, dinginnya angin pegunungan menusuk seluruh badan. Malam di Ranu Kumbolo semakin terlihat cantik ketika kabut mulai turun ke permukaan. Ternyata, bukan tim kami saja yang bermalam di Ranu Kumbolo. Rombongan pendaki dari Malang bermalam bersama kami.
Untuk menghilangkan rasa dingin, kami pun membuat api unggun untuk menghangatkan diri. Marshmallow bakar serta hangatnya kopi menjadi pelengkap saat bermain kartu. Rasanya sudah tidak sabar melihat mentari terbit di Ranu Kumbolo.
Keesokan paginya adalah waktu yang paling ditunggu-tunggu oleh kami. Saat itu kami bisa melihat cantiknya sang mentari yang keluar dari tepian bukit. Ketika matahari telihat di ufuk timur, makin lama kabut di Ranu Kumbolo naik dan hilang di permukaan.
Puas melihat pemandangan matahari terbit kami sempatkan untuk menguji nyali naik ke Tanjakan Cinta. Konon, kalau Anda mampu menaiki tanjakan tersebut tanpa berhenti dan melihat ke belakang, setelah pulang Anda akan mendapatkan jodoh.
Sesampainya di puncak tanjakan cinta, kami bisa melihat cantiknya savana hijau Oro-oro Ombo. Lagi-lagi, kami bertemu dengan sekelompok pendaki. Uniknya, seluruh pendaki dalam rombongan tersebut menderita tuna rungu. Saat kami bertanya pada mereka, puncak Semeru menjadi target pendakiannya. Wow! Sungguh terharu melihat semangat mereka untuk melihat keindahan yang diciptakan oleh Tuhan.
Sayang, kami tak bisa lagi berlama-lama di Ranu Kumbolo. Kami harus segera kembali ke Surabaya karena ada kewajiban yang harus kami penuhi. Kami harus mengucapkan selamat tinggal pada Ranu Kumbolo, suatu saat kami pasti bisa mencapai puncak Semeru!

No comments:

Post a Comment