Tata Krama Pergaulan
1. PENDAHULUAN
Setiap orang ingin dihargai, paling sedikit diperlakukan dengan baik
oleh orang lain. Tapi, tidak setiap orang tahu, bagaimana harus membawa
diri di depan umum agar dirinya dihargai. Orang kadang-kadang merasa
tersinggung atau menganggap dirinya telah diperlakukan buruk justru
karena sebenarnya ia sendiri tanpa disadari telah melanggar tat krama.
2. PENGERTIAN TATA KRAMA
Tata krama merupakan kata majemuk yang terdiri dari tata dan krama.
Tata berarti adat, aturan, norma. Krama berarti taklum, takjim, sangat
hormat. Dengan demikian tata krama adalah aturan, norma, atau adat
kebiasaan mengenai hormat menghormati yang lazim disebut sopan santun
atau etiket.
3. HAKEKAT TATA KRAMA
Tata krama timbul dan berlaku di masyarakat atas dasar kesepakatan
bersama guna memelihara hubungan baik antarsesama warga masyarakat. Tata
krama pada hakekatnya merupakan penuntun hidup bermasyarakat demi
terciptanya kehidupan yang rukun dan harmonis. Setiap warga kampus
dituntut untuk mentaati, menghayati dan mengamalkan segala norma yang
berlaku.
Namun kadang-kadang pelanggaran terjadi di luar kemauan kita, tidak
kita sadari. Hal ini terjadi mungkin juga karena salah tanggap atau
salah paham. Untuk menghindari hal tersebut perlu diperhatikan beberapa
hal antara lain:
Pertama
Perlakukan orang lain sebagaimana kita sendiri ingin diperlakukan.
Kedua
Bahwa setiap orang dapat mengalami kesibukan, kesusahan, kesulitan
hingga hatinya menjadi kesal dan wajahnya pun tidak ramah. Oleh karena
itu, janganlah cepat-cepat berprasangka bahwa ketidakramahan itu
ditujukan kepada kita.
Ketiga
Ketahuilah bahwa ada orang-orang yang memiliki ciri-ciri lahir dan atau
batin yang berbeda dengan orang banyak. Misalnya ada orang yang secara
alamiah tidak ramah, mahal senyum, pemurung, pendiam dan sebagainya .
Oleh karena itu janganlah kita membenci mereka.
Keempat
Tanamkanlah kepercayaan/keyakinan pada diri kita bahwa semua orang pada
dasarnya baik, agar kita tidak merasa kecewa tanpa alasan dan karenanya
wajah kita selalu cerah dan ramah.
Kelima
Jadilah orang pemaaf, suka memaafkan kesalahan orang lain, terlebih-lebih jika orang tersebut telah meminta maaf.
Keenam
Jika kita sedang merasa kecewa pada seseorang atau diri sendiri,
sembunyikanlah perasaan itu dari orang lain yang tidak bersangkut paut
agar mereka tidak tersinggung.
Ketujuh
Janganlah memandang orang dari sisi negatifnya saja. Ingatlah segi
positifnya pasti banyak, terlebih-lebih orang dekat. Oleh karena itu
janganlah mengadili orang terlalu kejam jika ia sesekali berbuat keliru.
4. RUANG LINGKUP TATA KRAMA PERGAULAN
Berikut ini diuraikan secara ringkas norma-norma sopan santun yang berlaku umum di kalangan bangsa Indonesia.
TATA KRAMA PERGAULAN SESAMA TEMAN
Hidup tanpa teman sungguh tidak terbayangkan. Hidup tanpa teman berarti
hidup sendiri, sunyi, sepi, tidak ada tempat bersuka cita, tidak ada
tempat mengeluh atau minta pertolongan manakala kesulitan. Oleh karena
itu perlu dijaga hubungan baik dengan teman-teman tetapi tetap
terpelihara. Untuk itu, perlu diperhatikan beberapa hal antara lain:
Bantulah teman yang minta pertolongan dengan kemampuan kita. Jika
karena sesuatu hal kita tidak dapat memenuhi permintaan itu,
sampaikanlah hal itu secara halus disertai alasan-alasan yang masuk
akal, Hargailah pendapat teman. Jika kita tidak sependapat, kemukakanlah
pendapat kita sendiri secara baik-baik, Hindarilah penggunaan
kata-kata buruk, jelek, tidak pantas, dan sebagainya dalam mengomentari
pekerjaan atau pakaian teman, karena masalah penilaian baik atau buruk
dalam hal ini umumnya bersifat subjektif. Baik menurut kita, belum
tentu baik buat orang lain. Ingat bahwa tidak seorangpun yang rela
dicela, Sering-seringlah menggunakan kata-kata pujian kepada
teman-teman setelah mereka melakukan sesuatu dengan baik, Ucapkanlah
terima kasih yang tulus kepada teman yang telah berbuat baik kepada
kita betapapun kecilnya kebaikan itu, Jauhilah kebiasaan berguncing
karena pergunjingan merupakan sumber pertikaian atau perpecahan,
Janganlah memendam rasa kecewa berlama-lama, karena hal ini bisa
meledak menjadi kemarahan yang berakibat pertengkaran. Curahkanlah
perasaan itu segera secara terbuka dan baik-baik. Ingat kekecewaan
belum tentu beralasan, mungkin kita sendiri yang salah mengerti,
Terimalah setiap teguran dengan hati yang lapang. Jika memeang kita
bersalah, akuilah secara jantan dan mintalah maaf; jika tidak,
jelaskanlah baik-baik duduk persoalannya. Hindarkanlah sikap mau menang
sendiri, mau benar sendiri. Ingatlah peribahasa ”Orang pandai
berbicara dengan mulut, orang bodoh berbicara dengan tinju”,
Biasakanlah menggunakan kata-kata manis, seperti ” Selamat Pagi” dan
sebagainya, ”Sampai Jumpa”, ”Silakan….!”, ”Maaf….!, ”Tolong…!, dan
lain-lain, Kembalikanlah segera barang/uang pinjaman; jangan dibiarkan
si pemilik mengambilnya sendiri (dengan kecewa).
TATA KRAMA PERGAULAN DENGAN DOSEN
Dalam tata krama masyarakat Jawa dikenal ungkapan ”Guru, ratu, wong
atau karo”. Ini mengandung arti bahwa guru, menurut urutan kata-katanya,
adalah orang yang pertama-tama harus dihormat, kemudian berturut-turut
raja dan orang tua. Agaknya ini tidaklah berlebihan, karena gurulah
yang memberikan pengetahuan, kepandaian, ketrampilan sebagai bekal
hidup. Setiap guru selalu dengan ikhlas berusaha agar anak didiknya
menjadi orang yang berguna bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.
Oleh karena itu, setiap mahasiswa hendaknya memiliki rasa hormat
kepada guru/dosen. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pergaulan
dengan dosen:
Tunjukkanlah sikap hormat dan gunakanlah bahasa yang halus dan sopan,
jika sedang berhadapan / berbicara dengan dosen. Jika perkuliahan
sedang berlangsung, curahkanlah seluruh perhatian kepada dosen,
janganlah berbuat gaduh atau bercakap-cakap karena hal itu di samping
mengganggu ketenangan, juga sangat menyinggung perasaan dosen.
Pertanyaan atau tanggapan mengenai materi perkuliahan hendaknya
dikemukakan secara sopan, jangan sampai timbul kesan mahasiswa lebih
tahu dari dosen atau mengajarinya. Usahakanlah untuk tidak keluar
ruangan belajar (misalnya ke kamar kecil). Kalaupun sangat terpaksa,
minta izin terlebih dahulu pada waktu dosen tidak berbicara.
Saling berbisik terus menerus sambil masing-masing memandang pada dosen
pada waktu dosen sedang berbicara (misalnya menyajikan kuliah) juga
dipandang kurang sopan dan dosen bisa tersinggung karenanya. Hendaklah
sudah berada di dalam ruangan sebelum dosen datang masuk. Jika
terlambat, mintalah maaf sambil memberikan alasan yang tepat.
Kerjakanlah setiap tugas dari dosen dengan sebaik-baiknya.
TATA KRAMA DI LINGKUNGAN KELUARGA
Kita, manusia, diciptakan Tuhan melalui kedua orang tua kita, yaitu
ayah dan bunda. Oleh karena itu jika kita merasa senang atau bahagia
dilahirkan ke dunia, maka di samping bersyukur kepada Tuhan, kita pun
berkewajiban untuk berterima kasih kepada kedua orang tua kita. Perlu
disadari secara mendalam bahwa orang tua bukan saja melahirkan kita,
melainkan juga dengan kasih sayang telah membesarkan dan mendewasakan
kita, memberikan kepada kita makanan, pakaian, pendidikan, menjaga
kesehatan, dan melindungi kita dari berbagai mara bahaya, betapapun
besarnya resiko bagi mereka. Kasih sayang dan pengorbanan itu dicurahkan
dengan segala keikhlasan demi kebahagian kita.
Oleh karena itu, wajarlah apabila kita selalu berterima kasih kepada
orang tua. Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai tanda terima kasih?
Bukan balas budi berupa materi. Orang tua sudah merasa cukup bahagia
apabila anaknya melakukan hal-hal yang dapat menjamin masa depannya
sendiri dengan baik, antara lain:
4.3.1. Mentaati segala nasihat, baik orang tua dan tidak membantahnya
tanpa alasan yang masuk akal. Setiap keberatan atas nasihat/saran
orang tua dikemukakan dengan baik-baik,
4.3.2. Tidak melakukan hal-hal tercela, lebih-lebih yang dapat menimbulkan aib bagi keluarga,
4.3.3. Selalu bersikap dan berbahasa lembut kepada orang tua, saudara-saudara dan orang lain,
4.3.4. Rajin belajar dan suka membantu orang tua di rumah,
4.3.5. Saling mengerti, saling menghargai dan saling menolong dengan
saudara-saudara, tidak pernah bersikap mau menang sendiri, mau kenyang
sendiri, mau menang sendiri tanpa memikirkan orang lain,
4.3.6. Memelihara kebersihan di dalam rumah dan menjaga
keselamatan/keutuhan barang-barang yang ada di rumah serta tidak
meminjamkan barang apapun kepada orang lain tanpa izin orang tua atau
saudara yang memiliki barang,
4.3.7. Tidak menuntut sesuatu di luar kemampuan orang tua,
4.3.8. Selalu terbuka, tidak pernah menyembunyikan masalah pribadi
dari orang tua, lebih-lebih yang pada akhirnya menuntut keterlibatan
keluarga,
4.3.9. Memberitahu jika hendak pergi dan tidak berada di luar rumah berlama-lama sehingga menimbulkan kegelisahan orang tua,
4.3.10. Tidak bergaul terlalu rapat dengan teman-teman tak sejenis
dan tidak terlalu sering membawa teman-teman ke rumah karena hal itu
merepotkan orang tua, terutama ibu,
4.3.11. Jujur, suka mengaku setiap kesalahan sendiri dan tidak pernah melemparkannya kepada orang lain,
4.3.12. Memperlakukan pembantu seperti keluarga sendiri, tidak
pernah menyakitinya agar ia betah karena ketidakbetahan membantu sangat
merepotkan ibu.
TATA KRAMA BERPAKAIAN
Gunakan pakaian sesuai dengan fungsinya masing-masing. Pakaian olah
raga, piyama, atau daster misalnya tidak baik digunakan untuk menerima
tamu resmi di ruang tamu keluarga, Kaus oblong dan sandal termasuk
pakaian santai, seyogianya tidak dipergunakan di tempat-tempat resmi,
juga di dalam kampus, lebih-lebih di ruang kuliah, Pakaian hendaknya
tidak terlalu ketat atau terlalu pendek di bagian bawah maupun bagian
atas, Pakaian selalu rapi, bersih dan tidak kusut, Perhiasan seperlunya,
tidak berlebihan, terutama di kampus, Di tengah hari yang terik
sebaiknya tidak menggunakan pakaian berwarna hitam pekat atau merah
menyala dan dalam cuaca yang mendung atau hujan (becek) tidak dianjurkan
menggunakan pakaian berwarna putih.
TATA KRAMA BERBICARA
Berbicara dan tertawa pun sering menarik perhatian orang. Agar tidak
menarik perhatian yang negatif hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
Suara hendaknya sekedar cukup terdengar oleh lawan bicara agar tidak mengganggu,
Berbicara tenang, tidak tergesa-gesa agar ludah tidak berkecipratan ke luar mulut,
Mulut tidak terlalu dekat pada muka lawan bicara agar uap mulut tidak tercium olehnya,
Waktu tertawa, mulut tidak dibuka terlalu lebar sehingga tampak bagian dalam mulut, demikian pula suaranya, tidak keras-keras,
Janganlah berbicara atau ketawa jika mulut penuh berisi makanan,
Pada waktu berbicara, wajah dan pandangan kita hendaknya selalu terarah
lurus kepada lawan bicara. Bicara sambil berpaling ke sana ke mari
dianggap tidak sopan. Demikianpula jika lawan bicara sedang berbicara,
Palingkanlah muka sejenak ke arah lain dan/atau tutuplah mulut dengan
tangan atau sapu tangan jika kita tiba-tiba batuk atau bersin ketika
sedang berbicara, Usahakanlah agar tidak memotong bicara, apalagi
tiba-tiba menegur/menyapa atau berbicara dengan orang lain pada waktu
lawan bicara masih berbicara. Kalaupun sangat terpaksa, mintalah
izin/maaf terlebih dahulu kepada lawan bicara, Ingat-ingatlah agar tidak
memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana atau melipat keduanya di
dada atau menggendong keduanya di belakang atau berdiri dengan sebelah
kaki yang dilenturkan atau diangkat ke atas waktu
berbicara/bercakap-cakap dengan orang-orang yang dihormati.
TATA KRAMA MAKAN BERSAMA DI MEJA MAKAN
Pada waktu makan bersama, lebih-lebih di meja makan, hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Gunakanlah sendok garpu jika makanan basah, misalnya nasi bercampur kuah dan lain-lain,
Janganlah menumpuk makanan di atas piring makanan kita, tetapi
habiskanlah makanan makanan yang telah kita ambil; penyisaan makanan
dapat menyinggung tuan rumah, Tidak mengisi mulut terlalu padat sehingga
menyebabkan sukar menelan atau makanan menyumbat di tenggorokan, Tidak
berbicara pada waktu mulut masih penuh dengan makanan, Kunyahlah
makanan demikian rupa sehingga tidak terdengar dari dalam mulut bunyi
keciplak atau gigi-gigi yang beradu. Mengunyah terlalu cepat juga dapat
memberikan kesan orang yang rakus, Tempatkanlah mulut di atas piring
makanan agar makanan yang jatuh waktu diangkat tidak jatuh ke luar
piring atau mengotori pakaian kita, Usahakanlah agar selama makan tidak
bercerita tentang hal-hal yang menjijikkan sehingga membuat orang mual
atau yang terlalu lucu sehingga membuat orang tertawa
terpingkal-pingkal, Usahakanlah pula agar tidak batuk, bersin, atau
mengeluarkan/membuang ingus. Jika sangat terpaksa, tinggalkanlah dahulu
meja makan ke tempat yang cukup jauh. Juga tidak dibenarkan bersendawa,
Usahakanlah agar alat-alat makan tidak berdentingan atau gemerincing,
Sehabis makan tidak dibenarkan berkumur, mencuci tangan dengan air
minum di atas piring makan, menggunakan tusuk gigi sebelum semua orang
selesai makan, Menggunakan tusuk gigi hendaknya sambil melindungi mulut
dengan tangan dan sarbet hanya digunakan untuk menyeka mulut atau
melap tangan, bukan untuk menyeka ingus, Sebaiknya sebelum makan
dimulai, masing-masing mengucapkan selamat makan dan mengajak makan
pada orang yang tidak ikut makan. Yang terakhir ini lebih banyak
bersifat basa-basi, tetapi jika tidak dilakukan, orang bisa menganggap
kita tidak tahu sopan-santun.
TATA KRAMA BERJALAN
Berjalan yang sesuai dengan norma-norma sopan-santun meliputi antara lain hal-hal sebagai berikut:
Berjalan secara wajar, langkah tidak dibuat-buat seakan-akan agar
tampak gagah (laki-laki) atau menarik/menggiurkan dengan
lenggang-lenggok berlebihan (wanita), Usahakanlah agar tumit sepatu yang
keras tidak terlalu keras memukul jalan atau lantai, lebih-lebih di
tempat-tempat yang memerlukan keheningan (ruang kuliah, ruang rapat,
poliklinik, dll.), Berjalan di depan/di dekat atau melewati orang-orang
yang sedang duduk atau berdiri hendaknya tidak terlalu dekat, apalagi
menyentuh mereka. Sebaiknya katakan ”Permisi sambil membungkuk pada saat
melewati mereka.
No comments:
Post a Comment